[Review] Kualitas Audio Pada Layanan Streaming Musik


Memilih layanan streaming musik di Indonesia itu gampang2 susah (atau susah2 gampang?). Kenapa? Karena dibanding negara2 lain, pilihannya masih terbatas. Tercatat cuma ada 4 menurut gw yg benar2 worthy untuk dicoba. Nah di post ini gw akan menjabarkan apa2 saja layanan tersebut, tapi ini dibatasi seputar kualitas audio format saja. Ok langsung saja ya :

The Teardown :



 


Fee : Rp 49rb per bulan (1 user) / Rp 75rb (Family - 6 users)
Quality : AAC 256kbps
https://www.apple.com/id/music/

Kita mulai dari Apple Music, layanan streaming ini dimulai tahun 2015. Hebatnya, hanya dalam 4 tahun, pelanggan Apple Music sudah mencapai lebih dari 60 juta diseluruh dunia (Juni 2019), dan semuanya adalah pelanggan berbayar karena Apple tidak menyediakan akun gratis. 

Katalog lagu mencapai 50 juta dan berformat AAC 256kbps, atau sama dengan konten musik yg dijual di iTunes Store. Untuk fleksibiltas format streaming sendiri, selain AAC 256kbps, Apple Music juga menyediakan low quality format yang bisa diatur di setting perangkat mobile, namun ini hanya tersedia di jaringan seluler (paket data) dan tanpa ada penjelasan format dan bitrate apa yg dipergunakan.

Patut dicatat bahwa AAC adalah suksesor dari MP3, dengan kualitas yg lebih baik di bitrate yg sama versus MP3. AAC adalah format lossy popular terbaik karena menyeimbangkan kualitas dan efisiensi (size) dengan bagus.

 


Fee : Free / Rp 50rb (Premium - 1 user) / Rp 79rb (Family - 6 user) / Rp 100rb (HiFi - 1 user)
Quality : MP3 128kbps / 320kbps / FLAC 1411kbps (HiFi only)
https://www.deezer.com/en/

Deezer adalah layanan lain yg berbasis di Perancis. Rilis pada 2007, saat ini Deezer memiliki 53 juta katalog musik, dengan 36 juta diantaranya sudah berformat lossless. Deezer dapat didengar dengan akun gratis, namun kualitas maksimumnya hanya MP3 128kbps, dan dengan restriksi lainnya seperti no offline mode, iklan, dll.

Di tipe langganan teratas, yaitu HiFi, Deezer menawarkan format FLAC yg kualitasnya setara dengan CD audio. Namun format ini masih terbatas pada aplikasi desktop, Hi-Fi system dan perangkat "smart streamer" (e.g. Chromecast & AirPlay), sedangkat pengguna paket HiFi via perangkat mobile hanya dibatasi di format MP3 320kbps saja.




 



Fee : Free / Rp 49rb (VIP - 1 user)
Quality : MP3 64kbps / 128kbps / 320kbps / WAV 1411kbps
https://www.joox.com/id 

Joox dimiliki perusahaan raksasa asal China yaitu Tencent, dengan fokus market negara2 Asia Tenggara. Joox terhitung memiliki 5 juta katalog lagu pada 2016, namun tidak ada update data jumlah katalog yg tercatat hingga tahun ini (2019). Terlihat bahwa Joox lebih mengincar pengguna perangkat mobile dimana kualitas lossless hanya tersedia di Android dan iOS. Selain hal tersebut, Joox juga tidak memiliki perangkat desktop, sehingga pengguna PC hanya bisa mendengar via situs web dengan kualitas maksimal MP3 320kbps.

Paket VIP yang menawarkan kualitas lossless dengan harga yg sama dengan layanan format lossy tentu menggiurkan. Namun kenyataannya, katalog lossless Joox masih terbatas dimana sering ditemukan bahkan di lagu2 baru (termasuk genre pop), hanya memiliki kualitas HQ (MP3 320kbps).




 



Fee : Free / Rp 50rb (Premium - 1 user) / Rp 79rb (Family - 6 user)
Quality : OGG 96kbps / 160kbps / 320kbps
https://www.spotify.com/id/ 

Spotify adalah platform streaming musik terpopuler sedunia. Lahir di tahun 2008 di Swedia, sampai saat ini Spotify memiliki 217 juta pengguna, dimana 100 juta diantaranya adalah pelanggan berbayar. Spotify memiliki 40 juta katalog lagu, dengan 20 ribu lagu baru setiap harinya. Layanan ini juga dapat didengar dengan akun gratis, namun sekali lagi limitasi fiturnya sangat tinggi.

Kontras dengan layanan lain, Spotify menggunakan format kurang popular yaitu Vorbis (OGG), namun bebas royalti. Tapi fleksibilitas yg ditawarkan juga baik, dimana pengguna dapat menyesuaikan kualitas (bitrate) dihampir semua perangkat yg di-support. Spotify pernah melakukan tes format lossless pada tahun 2017, namun kembali ditarik, sehingga kualitas teratas yg ditawakan kembali pada OGG 320kbps.

Best Quality : Deezer HiFi
Dengan hype lossless beberapa tahun belakangan, dan keterbatasan pilihan layanan streaming lossless yg ada di Indonesia, Deezer HiFi dapat dikatakan belum dapat tertandingi, paling tidak hingga saat artikel ini ditulis.

Best Value : Spotify Family
Dalam menulis opini ini, jujur susah menentukan pemenang diantara Apple Music vs Spotify, dan perbandingan 2 layanan ini juga menuntun ke debat tiada habisnya bahkan di banyak artikel2 di internet. Gw coba compare mereka di beberapa lagu, dari lagu2 pop hingga lagu2 yg biasa dipakai untuk referensi tes, hasilnya tidak dapat dibedakan! Menurut gw bahkan lebih mudah membedakan HQ lossy vs lossless dibanding antara 2 format HQ lossy yg sebanding ini.

Namun pasti harus ada pemenangnya, dan hal yg menentukan harus sesuai dengan judul post. Gw pilih Spotify karena kefleksibilitasnya dalam memilih kualitas lagu sesuai dengan kondisi dan kuota pada saat sesi listening.


Penutup
Tentu daftar tersebut bisa saja bertambah karena layanan2 seperti YouTube Music dari Google belum masuk kesini. Begitu juga Tidal, perusahaan punya Jay-Z ini, yang lekat dengan keunggulan HiFi-nya (lossless) belum tersedia walaupun sudah bisa digunakan di negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Ada juga layanan streaming lain namun keterbatasannya membuat mereka tidak masuk artikel ini. Contoh saja LangitMusik yg eksklusif untuk pengguna Telkomsel, juga Idagio yg hanya menawarkan genre classical, walaupun sudah lossless.

Nah, seberapa pentingnya sih memilih lossless seperti FLAC dibanding lossy seperti MP3 dan sejenisnya? apa lossy juga berkonotasi negatif, atau jelek gitu? Untuk pertanyaan ini tentu jawabannya relatif, tidak bisa dipukul rata. Apa2 saja faktornya? Nanti kita bahas di post selanjutnya. Stay tuned ;)

No comments

Powered by Blogger.